Rabu, 04 Agustus 2010

Muntah dan Gumoh

BAB I
PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang

Gumoh paling sering ditemukan pada bayi. Gumoh yang berlebihan dapat menyebabkan berbagai komplikasi yang akan mengganggu pertumbuhan bayi.
"Gumoh pada bayi bisa dianggap normal selama tidak mengganggu pertumbuhan," kata        Dr. Ferry, Sp.A. Gumoh atau regurgitasi terjadi karena beberapa sebab. Pertama, klep penutup lambung belum sempurna. Dari mulut, makanan atau susu masuk ke saluran pencernaan atas/kerongkongan (esofagus), kemudian masuk ke lambung.
Di antara esofagus dan lambung terdapat klep penutup lambung. Pada bayi, klep ini biasanya belum sempurna, sehingga kalau minum ada sebagian susu yang kembali ke atas dan keluar dalam bentuk gumoh. Kalau keluar dalam bentuk gumoh, tidak apa-apa. Yang berbahaya adalah jika ditahan dan masuk ke paru, karena sudah mengandung asam lambung, sehingga bisa menimbulkan infeksi.
           
  1. Rumusan Masalah
Adapun masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah mengenai perbedaan antara gumoh dan muntah pada neonatus, cara menangani dan mencegahnya.

  1. Tujuan
1. Tujuan umum
ü  Untuk dapat mengetahui serta dapat memahami masalah mengenai gumoh dan muntah, serta cara mencegahnya

2. Tujuan Khusus
ü  Untuk mengetahui perbedaan dari gumoh dan muntah pada bayi
ü  Untuk mengetahui serta dapat memahami upaya yang harus dilakukan dalam penanggulangan gumoh atau muntah yang berlebihan di Indonesia secara menyuluruh dan terpadu

D. Metode Penulisan
            - Kepustakaan
- Internet






BAB II
PEMBAHASAN
GUMOH DAN MUNTAH PADA NEONATUS DAN BAYI


  1. Pengertian
Gumoh dan muntah sering kali terjadi hampir setiap pada bayi. Gumoh berbeda dengan muntah. Keduanya merupakan hal biasa (normal) dan tidak menandakan suatu hal yang serius yang terjadi pada bayi Anda. Hanya sebagian kecil kasus muntah bayi (muntah patologis) yang menjadi indikasi gangguan serius .
Baik gumoh dan muntah pada bayi merupakan pengeluaran isi lambung. Bedanya gumoh terjadi seperti illustrasi air yang mengalir ke bawah , bisa sedikit (seperti meludah) atau cukup banyak. Bersifat pasif dan spontan. Sedangkan muntah lebih cenderung dalam jumlah banyak dan dengan kekuatan dan atau tanpa kontraksi lambung.
Sekitar 70 % bayi berumur di bawah 4 bulan mengalami gumoh minimal 1 kali setiap harinya, dan kejadian tersebut menurun sesuai dengan bertambahnya usia hingga 8-10 persen pada umur 9-12 bulan dan 5 persen pada umur 18 bulan. Meskipun normal, Gumoh yang berlebihan dapat menyebabkan berbagai komplikasi yang akan mengganggu pertumbuhan bayi.
Ciri-ciri 
Gumoh
Muntah
Volume cairan/makanan yang DImuntahkan
SeDIkit kurang dari 10 cc. Berupa ASI yang sudah DItelan bayi.
Banyak lebih dari 10 cc. Berupa ASI atau susu formula dan makanan (pada bayi DIatas 6 bulan)
Cara keluar
Mengalir biasa dari mulut bayi. Tidak DIsertai kontraksi otot perut.
•    Menyembur dari perut bayi. DIsertai kontraksi otot perut
•    Kadang juga keluar lewat lubang hidung bayi.
Umur bayi
Kebanyakan terjaDI pada bayi berumur beberapa minggu, 1-4 bulan atau 6 bulan dan akan hilang dengan senDIrinya
Tidak terjaDI pada bayi baru lahir. Tapi bisa terjaDI pada bayi berumur 2 bulan dan dapat berlangsung sepanjang usia
Arti
Proses alami dan wajar untuk mengeluarkan udara yang tertelan bayi saat minum ASI  
Bisa menjaDI pertanda adanya gangguan kesehatan bayi atau gangguan fungsi pada organ pencernaan bayi
Penyebab
ü  Bayi terlalu banyak ASIDI
ü  Saat makan atau minum, udara ikut tertelan
ü  Bayi gagal menelan karena otot penghubung mulut dan kerongkongan belum matang. Banyak terjaDI pada bayi prematur
ü  Ada kelainan pada sistem pencernaan bayi, misalnya kelainan katup pemisah lambung dan usus 12 jari. Cairan muntah biasanya berwarna hijau
ü  Ada infeksi atau luka, misal infeksi tenggorokan yang memicu muntah. Kadang DIsertai bercak darah

B. Penyebab Gumoh
1. ASI atau susu yang diberikan melebihi kapasitas lambung.
Lambung yang penuh juga bisa bikin bayi gumoh. Ini terjadi karena makanan yang terdahulu belum sampai ke usus, sudah diisi makanan lagi. Akibatnya si bayi muntah. Lambung bayi punya kapasitasnya sendiri.
2. posisi menyusui.
- Sering ibu menyusui sambil tiduran dengan posisi miring sementara si bayi tidur telentang. Akibatnya, cairan tersebut tidak masuk ke saluran pencernaan, tapi ke saluran napas. Bayi pun gumoh.
- pemakaian bentuk dot. Jika si bayi suka dot besar lalu diberi dot kecil, ia akan malas mengisap karena lama. Akibatnya susu tetap keluar dari dot dan memenuhi mulut si bayi dan lebih banyak udara yang masuk. Udara masuk ke lambung, membuat bayi muntah.
3.?Klep penutup lambung belum berfungsi sempurna.
Dari mulut, susu akan masuk ke saluran pencernaan atas, baru kemudian ke lambung. di antara kedua organ tersebut terdapat klep penutup lambung. Pada bayi, klep ini biasanya belum berfungsi sempurna.
4. fungsi pencernaan bayi dengan peristaltik (gelombang kontraksi pada dinding lambung dan usus) untuk makanan dapat masuk dari saluran pencernaan ke usus, masih belum sempurna.
5. Terlalu aktif. Misalnya pada saat bayi menggeliat atau pada saat bayi terus menerus menangis. Ini akan membuat tekanan di dalam perutnya tinggi, sehingga keluar dalam bentuk muntah atau gumoh.
C. Penanganan
Cara meminimalisir Gumoh atau muntah bayi :
1. Hindari memberikan ASI/susu saat bayi berbaring. Jaga agar bayi tetap dalam posisi tegak sekitar 30 menit setelah menyusu.
2. Hindari meletakkan bayi di kursi bayi karena akan meningkatkan tekanan pada perut.
3. Hindari merangsang aktivitas yang berlebihan setelah bayi menyusu.
4. Kontrol jumlah ASI/susu yang diberikan.misal Berikan ASI /susu dengan jumlah sedikit tapi sering.
5. sendawakan bayi segera setelah menyusu. Bahkan bayi terkadang masih membutuhkan bersendawa di antara 2 waktu menysusu.
6. Check lubang dot yang Anda gunakan untuk memberikan ASI/susu. Jika lubang terlalu kecil akan meningkatkan udara yang masuk. Jika terlalu besar ,susu akan mengalir dengan cepat yang bisa memungkinkan bayi Anda gumoh.
7. Hindari memberikan ASI/susu ketika bayi sanagt lapar, karena bayi akan tergesa-gesa saat minum sehingga akan menimbulkan udara masuk.
8. jika menyusui, posisi bayi dimiringkan. Kepalanya lebih tinggi dari kaki sehingga membentuk sudut 45 derajat. Jadi cairan yang masuk bisa turun ke bawah.
9. Jangan mengangkat bayi saat gumoh atau muntah.
Segera mengangkat bayi saat gumoh adalah berbahaya, karena muntah atau gumoh bisa turun lagi, masuk ke paru dan akhirnya malah mengganggu paru. Bisa radang paru. Sebaiknya, miringkan atau tengkurapkan anak. Biarkan saja ia muntah sampai tuntas jangan ditahan.
10. Biarkan saja jika bayi mengeluarkan gumoh dari hidungnya.
Hal ini justru lebih baik daripada cairan kembali dihirup dan masuk ke dalam paru-paru karena bisa menyebabkan radang atau infeksi. Muntah pada bayi bukan cuma keluar dari mulut, tapi juga bisa dari hidung. Hal ini terjadi karena mulut, hidung, dan tenggorokan punya saluran yang berhubungan. Pada saat muntah, ada sebagian yang keluar dari mulut dan sebagian lagi dari hidung. Mungkin karena muntahnya banyak dan tak semuanya bisa keluar dari mulut, maka cairan itu mencari jalan keluar lewat hidung.
11. Hindari bayi tersedak.
bila si bayi tersedak dan muntahnya masuk ke saluran pernapasan alias paru-paru. ini disebut aspirasi dan berbahaya. Lebih bahaya lagi jika si bayi tersedak susu yang sudah masuk ke lambung karena sudah mengandung asam dan akan merusak paru-paru. Untuk mencegah kemungkinan tersedak, agar setiap kali bayi muntah selalu dimiringkan badannya. Akan lebih baik jika sebelum si bayi muntah (saat menunjukkan tanda-tanda akan muntah) segera dimiringkan atau ditengkurapkan atau didirikan sambil ditepuk-tepuk punggungnya.
D. Pencegahan
Berikut ini cara yang dapat dilakukan untuk mencegah bayi muntah :
  1. Cuci tangan Anda dan sterilkan botol sebelum membuat susu untuk mencegah masuknya kuman/bakteri
  2. Sendawakan bayi sebelum dan sesudah minun susu, dengan cara digendong tegak lurus dan disandarkan dibahu anda. tepuk pundaknya dengan halus sampai bayi bersendawa
  3. Berikan susu pada bayi secukupnya dan pada waktu tepat.jangan memberikan susu saat bayi sangat lapar,karena bayi cenderung untuk minum dengan terburu-buru dan dalam jumlah banyak.jarak pemberian susu formula kurang lebih 3,5 - 4 jam.
  4. Pada waktu menyusukan bayi dengan dot. usahakan nipple dot masuk seluruhnya didalam mulut bayi dengan posisi tegak lurus dengan mulut bayi. Hal ini akan mengurangi masuknya udara ke perut bayi pada saat menyusu, sehingga mencegah bayi muntah.
  5. Tempatkanlah bayi di ruangan yang tenang pada saat menyusu dengan posisi berbaring menggunakan bantal yang agak tinggi.
  6. Biarkan bayi berbaring kurang lebih 10 menit setelah menyusu, setelah itu sendawakan.
5. Tanda/ gejala
E. Dampak
Sangat penting mengetahui bahwa muntah atau gumoh berlebihan pada bayii yang mengarah pada hal patologis. Kita tak perlu khawatir jika :
·         Berat badan bertambah (dalam rentang normal)
·         bayi tampak senang
·         pertumbuhan dan perkembangan bayi normal
Sebaliknya, Kita perlu khawatir jika:
·         Penurunan berat badan atau tidak ada kenaikan berat badan
·         Infeksi dada berulang
·         Muntah disertai darah
·         Bayi dehidrasi
·         Gangguan pernafasan misal henti nafas, biru atau nafas pendek
Tanda awal adanya masalah dengan pemberian ASI/susu pada bayi antara lain:
1. Bayi tidak tenang/selalu rewel/gelisah sepanjang waktu
2. Bayi tidak ingin menyusu /tidak nafsu
3. Bayi selalu menangis saat atau setelah menyusu
4. Bayi muntah /gumoh secara berlebihan yang berulang dan sering.

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan

ü  Gumoh dan muntah sering kali terjadi hampir setiap pada bayi. Gumoh berbeda dengan muntah. Keduanya merupakan hal biasa (normal) dan tidak menandakan suatu hal yang serius yang terjadi pada bayi Anda. Hanya sebagian kecil kasus muntah bayi (muntah patologis) yang menjadi indikasi gangguan serius .
B. Saran
Orang tua harus pintar untuk membedakan antara muntah dengan gumoh pada anak bayi, karena hal tersebut erat kaitannya dengan gangguan pencernaan yang bisa menimpa buah hatinya

DAFTAR PUSTAKA

*http://www.infoanak.com/gumoh-pada-bayi/*
 
http://oetjipop.mulltiply.com
kuliahbidan.wordpress.com/.../bayi-anda-gumoh-atau-muntah/

DEMAM, FLU, DAN BATUK PADA ANAK USIA DIBAWAH 2 TAHUN

DEMAM, FLU, DAN BATUK PADA ANAK USIA DIBAWAH 2 TAHUN


A. DEMAM

http://vinadanvani.files.wordpress.com/2008/03/bayi-sakit-diperiksa-dokter.thumbnail.jpgDemam atau panas adalah penyakit yang paling sering menimpa anak-anak atau bayi. Disaat anak atau bayi kita terkena demam, tentunya kita harus sudah siap dengan obat sebagai pertolongan pertama. Tentu saja kita harus membawanya ke dokter untuk diagnosa dan pengobatan yang tepat, namun kadang demam atau panas menyerang anak/bayi kita disaat-saat yang kurang menguntungkan.

Demam Pada Anak

Gejala sakit pada anak yang sering kita jumpai adalah demam. Sebenarnya apakah demam itu dan bagaimana kita menyikapinya,
Demam adalah gejala berupa naiknya suhu tubuh sebagai respon normal tubuh terhadap suatu gangguan. Suhu tubuh diukur dengan termometer, dikatakan demam bila:
  • Suhu rektal (di dalam dubur): lebih dari 38ºC
  • Suhu oral (di dalam mulut): lebih dari 37.5ºC
  • Suhu ketiak: lebih dari 37.2ºC
  • Termometer bentuk dot bayi digital: lebih dari 37.8ºC
  • Suhu telinga: mode rektal: lebih dari 38ºC; mode oral: lebih dari 37.5ºC
Suhu tubuh dikendalikan oleh suatu bagian dari otak yang disebut hipotalamus. Hipotalamus berusaha agar suhu tubuh tetap hangat (36,5-37,5 ºC ) meskipun lingkungan luar tubuh berubah-ubah. Hipotalamus mengatur suhu dengan cara menyeimbangkan antara produksi panas pada otot dan hati dan pengeluaran panas pada kulit dan paru-paru. Ketika ada infeksi, sistem kekebalan tubuh meresponnya dengan melepaskan zat kimia dalam aliran darah. Zat kimia tersebut akan merangsang hipotalamus untuk menaikkan suhu tubuh dan akhirnya akan menambah jumlah sel darah putih yang berguna dalam melawan kuman.
Apa saja penyebab demam?
Infeksi merupakan penyebab terbanyak demam pada anak-anak. Infeksi adalah keadaan tubuh yang dimasuki kuman penyebab penyakit, bisa virus, parasit, atau bakteri. Contoh penyakit infeksi dengan gejala demam adalah flu, radang saluran pencernaan, infeksi telinga, croup, dan bronkhiolitis. Beberapa imunisasi anak-anak juga dapat menyebabkan demam. Kapan demam akan timbul tergantung dari vaksinasi yang diberikan (biasanya imunisasi DTP, HiB, dan MMR). Sedangkan anak yang sedang tumbuh gigi, menurut suatu penelitian, tidak menyebabkan demam.
Bagaimana cara mengukur suhu tubuh anak?
Cara paling akurat adalah dengan suhu rektal. Namun, mengukur suhu oral bisa akurat bila dilakukan pada anak di atas 4-5 tahun, atau suhu telinga pada anak di atas 6 bulan. Mengukur suhu ketiak adalah yang paling kurang akurat, namun dapat berguna saat dilakukan pada anak kurang dari 3 bulan. Bila suhu ketiak lebih dari 37.2ºC, maka suhu rektal harus diukur. Di sisi lain, tidaklah akurat bila mengukur suhu tubuh dengan merasakan kulit anak. Hal ini disebut suhu taktil (sentuhan) karena bersifat subyektif, yaitu pengukuran sangat dipengaruhi oleh suhu orang yang merasakan kulit si anak. Berikut cara mengukur suhu anak:
  • Suhu rektal: anak dibaringkan di pangkuan pemeriksa dengan perut sebagai dasarnya, sebelumnya oleskan sedikit krim atau jely pelumas (misal: Vaseline) pada ujung termometer, masukkan termometer dengan hati-hati ke dubur anak sampai ujung perak termometer tidak terlihat (0,5-1,25 cm di dalam dubur), tahan termometer pada tempatnya. Tahan selama 2 menit untuk termometer raksa atau kurang dari 1 menit untuk digital.
  • Suhu oral: yang perlu diperhatikan adalah jangan mengukur suhu pada mulut anak bila anak makan atau minum yang panas atau dingin dalam 30 menit terakhir. Sebelumnya bersihkan termometer dengan air dingin dan sabun kemudian bilas dengan air sampai bersih. Tempatkan ujung termometer di bawah lidah ke arah belakang. Minta anak untuk menahan termometer dengan bibirnya. Upayakan bibirnya menahan termometer selama kira-kira 3 menit untuk termometer raksa atau kurang dari 1 menit untuk digital.
  • Suhu ketiak: tempatkan ujung termometer di ketiak anak yang kering kemudian Tahan termometer dengan mengempitnya antara siku dengan dada selama 4-5 menit.
  • Suhu telinga: perlu diperhatikan bahwa termometer telinga tidak digunakan untuk anak di bawah 6 bulan. Bila anak baru dari luar rumah di mana cuaca sedang dingin, tunggu 15 menit sebelum mengukur suhu telinga. Infeksi telinga tidak mempengaruhi akurasi suhu telinga. Caranya, ibu harus menarik telinga ke arah luar-belakang sebelum memasukkan termometer kemudian tahan alat di telinga anak selama kira-kira 2 detik.
Bagus mana? Termometer digital atau raksa?
Termometer digital murah, mudah didapat, dan cara paling akurat untuk mengukur suhu. Sedangkan termometer raksa mengandung merkuri yang berbahaya saat terpapar ke tubuh, bila termometer pecah. Bila yang ada hanya termometer raksa, pastikan untuk hati-hati saat menggoyang-goyang termometer gelas sebelum digunakan.
Bagaimana sikap kita saat anak demam?
Sangatlah penting bagi orang tua untuk tahu kapan anak demam harus diperiksakan ke dokter atau dirawat sendiri.Di bawah ini adalah kondisi anak demam yang harus diperiksakan ke dokter atau tempat pelayanan kesehatan:
  • Anak di bawah 3 bulan dengan suhu 38ºC atau lebih, tanpa melihat penampakan anak (meskipun anak tampak baik).
  • Anak di atas 3 bulan dengan suhu 38ºC atau lebih selama lebih dari 3 hari atau tampak sakit (rewel dan menolak minum).
  • Anak 3-36 bulan dengan suhu 38.9ºC atau lebih.
  • Anak segala usia dengan suhu 40ºC atau lebih.
  • Anak segala usia yang mengalami kejang demam (step). Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada anak berumur 6 bulan – 5 tahun dengan suhu 38º C atau lebih.
  • Anak segala usia yang mengalami demam berulang.
  • Anak segala usia yang demam dengan penyakit kronis, seperti penyakit jantung, kanker, lupus, atau anemia bulan sabit.
  • Anak demam yang disertai munculnya ruam-ruam di kulit.
Anak dapat dirawat sendiri oleh orang tua bila anak berumur lebih dari 3 bulan dengan suhu kurang dari 38.9ºC, dan anak tampak sehat serta berperilaku normal.
Langkah-langkah yang bisa kita lakukan saat anak demam antara lain:
Obat untuk Demam pada Anak
Perawatan paling efektif untuk demam adalah menggunakan obat penurun panas seperti Parasetamol (contoh: Pamol®, Sanmol®, Tempra®l) atau Ibuprofen (contoh: Proris®). Terdapat berbagai macam sediaan di pasaran seperti: tablet, drops, sirup, dan suppositoria. Pengobatan ini dapat mengurangi ketidaknyamanan anak dan menurunkan suhu 1 sampai 1,5 ºC. Sedangkan Aspirin tidak direkomendasikan untuk anak di bawah 18 tahun karena dapat menyebabkan efek samping penyakit serius yang disebut sindrom Reye, meskipun angka kejadian penyakit ini jarang.
Parasetamol dapat diberikan setiap 4 sampai 6 jam sesuai kebutuhan. Bila suhu tetap tinggi meskipun parasetamol telah diberikan dan anak berumur lebih dari 6 bulan, Parasetamol diganti dengan Ibuprofen yang dapat diberikan setiap 6-8 jam. Dosis parasetamol atau ibuprofen harus diperhitungkan berdasarkan berat badan (bukan umur), yaitu: parasetamol: 10-15 mg/kilogram berat badan anak setiap kali pemberian, maksimal 60 mg/kilogram berat badan/hari. Sedangkan Ibuprofen: 5-10 mg/kilogram berat badan anak setiap kali pemberian, maksimal 40 mg/kilogram berat badan/hari. Contoh: bila anak dengan berat 12 kg, diberikan sirup Parasetamol 12 x (10 sampai 15) mg = 120 mg sampai 180 mg sekali minum. Apabila orang tua kesulitan dalam menghitung dosis hendaknya berkonsultasi dengan apoteker atau farmasis. Jangan asal-asal dalam menentukan dosis obat pada anak. Adapun obat yang telah diresepkan oleh dokter maka patuhilah aturan pemakaian obat dari dokter. Apabila orang tua merasa ragu jangan segan-segan meminta informasi kepada dokter yang meresepkan.
Sekilas tentang Kompres
Mengompres dilakukan dengan handuk atau washcloth (washlap atau lap khusus badan) yang dibasahi dengan dibasahi air hangat (30ºC) kemudian dilapkan seluruh badan. Penurunan suhu tubuh terjadi saat air menguap dari permukaan kulit. Oleh karena itu, anak jangan “dibungkus” dengan lap atau handuk basah atau didiamkan dalam air karena penguapan akan terhambat. Tambah kehangatan airnya bila demamnya semakin tinggi. Dengan demikian, perbedaan antara air kompres dengan suhu tubuh tidak terlalu berbeda. Jika air kompres terlalu dingin akan mengerutkan pembuluh darah anak. Akibatnya, panas tubuh tidak mau keluar. Anak jadi semakin menggigil untuk mempertahankan keseimbangan suhu tubuhnya.
Mengompres dapat pula dilakukan dengan meletakkan anak di bak mandi yang sudah diisi air hangat. Lalu basuh badan, lengan, dan kaki anak dengan air hangat tersebut. Sebenarmya mengompres kurang efektif dibandingkan obat penurun demam. Bila ibu memakai metode kompres, hendaknya digabungkan dengan pemberian obat penurun demam, kecuali anak alergi terhadap obat tersebut.
Ingat! Jangan mengompres dengan alkohol karena uap alkohol dapat terserap ke kulit atau paru-paru anak. Membedong anak di bawah umur 3 bulan dengan banyak pakaian atau selimut dapat sedikit menaikkan suhu tubuh. Menurut penelitian, suhu rektal 38.5ºC atau lebih tidak dihubungkan dengan membedong dengan kain tebal tadi. Oleh karena itu, dianjurkan bila anak demam, cukup memakai baju atau selimut tipis saja sehingga aliran udara berjalan baik.
Menaikkan Asupan Cairan Anak
Demam pada anak dapat meningkatkan risiko terkena dehidrasi (kekurangan cairan). T dehidrasi paling mudah adalah berkurangnya kencing dan air kencing berwarna lebih gelap daripada biasanya. Maka dari itu, orang tua sebaiknya mendorong anak untuk minum cairan dalam jumlah yang memadai. Anak dengan demam dapat merasa tidak lapar dan sebaiknya tidak memaksa anak untuk makan. Cairan seperti susu (ASI atau sapi atau formula) dan air harus tetap diberikan atau bahkan lebih sering. Anak yang lebih tua dapat diberikan sup atau buah-buahan yang banyak mengandung air. Bila anak tidak mampu atau tidak mau minum dalam beberapa jam, orang tua sebaiknya diperiksakan ke dokter.
Istirahatkan Anak Saat Demam
Demam menyebabkan anak lemah dan tidak nyaman. Orang tua sebaiknya mendorong anaknya untuk cukup istirahat. Sebaiknya tidak memaksa anak untuk tidur atau istirahat atau tidur bila anak sudah merasa baikan dan anak dapat kembali ke sekolah atau aktivitas lainnya ketika suhu sudah normal dalam 24 jam.
Selama anak demam, orang tua hendaknya tetap memperhatikan gejala-gejala lain yang muncul. Tanyakan pada anak, adakah keluhan lain yang dirasakan, semisal: pusing, sakit kepala, nyeri saat kencing, kesulitan bernafas, dan lain-lain. Karena demam bisa jadi merupakan t bahwa ada gangguan pada kesehatan anak atau gejala dari penyakit tertentu. Oleh karena itu, para orang tua hendaknya bijaksana dalam menghadapinya. Orang tua hendaknya tahu kapan anak dengan demam dapat dirawat sendiri di rumah atau diperiksakan ke tempat pelayanan kesehatan.
Tips Menghadapi Demam
Berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dilakukan pada saat anak demam.
  1. Awasi kondisi anak dengan mengukur suhu badannya secara berkala setiap 4 - 6 jam. Perhatikan apakah anak tidur gelisah, sering terkejut, atau mengigau. Perhatikan pula apakah mata anak cenderung melirik ke atas atau apakah anak mengalami kejang-kejang. Demam yang disertai kejang yang terlalu lama akan berbahaya bagi perkembangan otak, karena oksigen tidak mampu mencapai otak. Terputusnya suplai oksigen ke otak akan berakibat rusaknya sel-sel otak. Dalam keadaan demikian, cacat seumur hidup dapat terjadi berupa rusaknya fungsi intelektual tertentu.
  2. Beri anak minum yang banyak. Minuman yang diberikan dapat berupa air putih, susu, air buah, atau air teh. Tujuannya adalah agar cairan tubuh yang menguap akibat naiknya suhu badan memperoleh gantinya.
  3. Jangan pakaikan pakaian yang tebal atau membungkus anak dengan selimut. Pakaian yang tebal dan tertutup justru akan meningkatkan suhu badan anak dan menghalangi penguapan.
  4. Kompreslah anak dengan air biasa pada dahi, ketiak, dan lipat paha. Tujuan kompres adalah untuk menurunkan suhu di permukaan tubuh anak. Turunnya suhu di permukaan tubuh ini dapat terjadi karena panas tubuh digunakan untuk menguapkan air pada kain kompres.
  5. Jangan menggunakan air es untuk mengompres. Karena hal ini justru akan membuat pembuluh darah menyempit dan panas tidak dapat keluar. Mengompres dengan alkohol juga tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan iritasi pada mata dan intoksikasi (keracunan).
    Sekalah badan anak dengan air hangat. Setelah itu keringkan dengan handuk.
  6. Berikan obat penurun panas sesuai petunjuk pada kemasan atau seperti berikut:
    • bayi 6 - 12 bulan: 1/2 - 1 sendok teh sirup Parasetamol
    • anak 1 - 6 tahun: 1/4 - 1/2 tablet Parasetamol 500 mg atau 1 - 1 1/2 sendok teh sirup Parasetamol
    • anak 6 - 12 tahun: 1/2 - 1 tablet Parasetamol 500 mg atau 2 sendok teh sirup Parasetamol.

Tablet Parasetamol yang akan diberikan dapat digerus, lalu dilarutkan dengan air atau teh manis. Obat penurun panas ini boleh diberikan 3 kali sehari. Gunakanlah sendok takaran obat dengan ukuran 5 ml setiap sendoknya. Janganlah memberikan aspirin kepada anak di bawah 16 tahun karena hal ini dapat memicu sindroma Reye. Penyakit ini tergolong langka dan mempengaruhi darah, liver, serta otak.




Kenali Jenis Obat Untuk Bayi dan Anak-Anak


Obat untuk BayiBukannya tidak percaya kepada dokter, tapi tak ada salahnya kalau  juga mencari tahu berbagai hal tentang obat umum untuk bayi dan anak.

Infant Paracetamol/Acetaminophen
Paracetamol atau acetaminophen adalah obat anti piretik (meredakan demam) dan analgesic (mengurangi sakit) yang paling umum digunakan.  Obat ini sifatnya hanya dapat meredakan gejala-gejala penyakit, tetapi bukan untuk menyembuhkan penyakit itu sendiri, seperti demam dan rasa sakit yang biasanya menyertai influenza.  Obat ini dapat dibeli bebas tanpa resep dari dokter.  Meski demikian, sebelum membeli  harus memastikan jenis sediaan yang tepat.  Infant paracetamol, yang biasanya tersedia dalam bentuk drop/tetes, dikhususkan untuk bayi dan dapat digunakan hingga bayi berusia 2 tahun.  Namun, sebelum bayi  berusia 3 bulan, pemberian obat ini harus mengikuti petunjuk dokter.  Setelah bayi berusia 3 bulan, obat ini sudah dapat diberikan dengan mengikuti petunjuk dosis yang ada dalam kemasan. 


Jarak pemberian obat minimal 4 jam dan dalam 24 jam sebaiknya tidak lebih dari 4 dosis.  Paracetamol adalah obat yang paling aman untuk meredakan demam dan mengurangi rasa sakit, jika digunakan sesuai dosis.  Kelebihan dosis dapat menyebabkan kerusakan pada hati.  Pada prinsipnya, paracetamol dapat dicampur dengan obat lain asalkan obat lainnya itu tidak mengandung paracetamol juga (karena artinya terjadi kelebihan dosis).  Tapi sebaiknya pastikan hal terlebih dahulu ini dengan dokter anak.  Jika setelah 72 jam, gejala penyakit (demam dan/ nyeri) tidak membaik ataupun berkurang, segera konsultasikan ke dokter..

Infant Ibuprofen (Ibuprofen khusus untuk bayi)
Ibuprofen termasuk kedalam golongan obat anti inflamasi non-steroid.  Ibuprofen bekerja untuk mengurangi rasa sakit, meredakan inflamasi (peradangan) dan demam.  Seperti halnya paracetamol, ibuprofen juga dapat dibeli tanpa memerlukan resep dokter.  Walaupun infant ibuprofen memang dikhususkan untuk bayi, tetapi obat ini tidak diberikan untuk bayi dibawah 6 bulan atau untuk bayi dengan berat badan kurang dari 7 kg.  Dosisnya disesuaikan dengan umur bayi, akan tetapi lebih efektif jika mengukur dosisnya berdasarkan berat badan bayi (10 mg ibuprofen  per kilogram berat badan). 

Pada prinsipnya, ibuprofen dapat digunakan sebagai pengganti paracetamol, tetapi sebaiknya ikuti dengan seksama instruksi yang tertera pada label kemasan. 
Generally speaking, ibuprofen digunakan untuk demam yang “membandel” atau suhu tinggi (40oC) disertai dengan peradangan.  Pemberian obat ini dapat dilakukan sebanyak 3 – 4 kali dalam 24 jam, tergantung dari usia bayi.  Obat ini tidak cocok untuk anak yang mengidap asma.  Meskipun sedikit, obat ini juga memiliki efek samping berupa gangguan/iritasi pada lambung (paracetamol tidak memiliki efek ini).  Oleh sebab itu, jika anak  memiliki lambung yang sensitif sebaiknya jangan mengkonsumsi obat ini.  Jika gejala penyakit tidak berkurang setelah 72 jam, segera kunjungi dokter.

B. BATUK
Obat Batuk
Istilah ini mungkin kurang tepat karena batuk itu sendiri bukanlah penyakit, melainkan salah satu gejala suatu penyakit. Karena itu yang disebut dengan obat batuk sifatnya hanya dapat meringankan batuk, bukan menyembuhkan batuk.  Batuk akan berhenti bila penyakit yang sebenernya (yang menyebabkan batuk) telah disembuhkan.

Yang utama, jangan sembarangan memberikan obat untuk meringankan batuk apalagi yang jenis over the counter (OTC/ dapat dibeli bebas) kepada bayi atau anak .  Pastikan lebih dahulu dengan dokter, apakah bayi atau anak  benar-benar memerlukannya.  Hal ini penting dilakukan, karena bila memang ternyata bayi atau anak  memerlukan obat untuk meredakan batuk, obat tersebut harus aman untuknya dan dosis pemberiannya juga tepat.  Penelitian yang dilakukan oleh WHO menghasilkan temuan berikut; meskipun masih aman jika digunakan sesuai dosis, ternyata obat (yang so-called obat batuk) tidak banyak membantu untuk meredakan batuk yang disebabkan oleh colds dan flu.  Batuk merupakan mekanisme pertahanan tubuh untuk membersihkan paru-paru dan saluran nafas dari berbagai “benda”, seperti dahak, sel-sel mati dan bakteri ketika terjadi infeksi, atau benda asing lainnya, dengan cara mengeluarkannya. 

Berdasarkan cara kerjanya, secara umum ada 2 tipe obat untuk meredakan batuk, yaitu ekspetoran dan supresan.  Obat ekspetoran bersifat dapat mengencerkan lendir atau dahak sehingga mudah dikeluarkan melalui batuk.  Sedangkan supresan bekerja untuk meredakan batuk kering.  Beberapa merk “obat batuk” juga mengandung bahan yang sedikit sedatif (menimbulkan efek kantuk).  Penting untuk diingat juga, penggunaan “obat batuk” OTC tidak boleh terlalu lama.  Cara terbaik untuk menangani batuk adalah segera mencari tahu akar masalah (penyakit sebenarnya) yang menyebabkan si kecil  batuk.
Tip Kurangi Produksi Lendir
  1. Minum air hangat yang banyak.
  2. Bila masih bayi, gunakan bantal yang agak tinggi.
  3. Jangan gunakan antibiotik, penekan batuk codein, atau dekstrometorfan (DMP).
  4. Batuk yang bukan penyakit, cari penyebabnya.
  5. Tidak ada yang namanya obat batuk, kecuali jika batuknya disebabkan oleh asma.


Antibiotik
Obat ini memang efektif untuk ‘membunuh’ bakteri yang menginfeksi tubuh.  Jadi, antibiotik tidak bisa untuk mengatasi penyakit yang disebabkan oleh virus, seperti selesma (common colds) atau flu.  Karena itu jangan ‘menekan’ dokter agar meresepkan antibiotic ketika si kecil  terkena penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus, seperti demam, batuk-pilek karena selesma.  Penting untuk diingat, bahwa pemberian/penggunaan antibiotika harus dilsi indikasi klinis.  Artinya, jika ternyata anak menderita penyakit yang disebabkan oleh bakteri, memang anak harus mengkonsumsi antibiotic. Penggunaan antibiotic juga harus selalu mengikuti petunjuk dokter.  Jangan sekali-kali  mencoba memberikan obat yang mengandung antibiotic kepada anak/bayi  tanpa sepengetahuan dokter.  Dan, jika anak memang sakit karena bakteri, habiskan antibiotic yang diresepkan dokter meskipun kondisi bayi/anak  telah membaik.  Jika tidak, infeksi yang menyerang anak/bayi  dapat kembali dan ketika hal itu terjadi, kemungkinan besar dibutuhkan antibiotic dalam dosis yang lebih besar karena bakteri menjadi resisten terhadap antibiotic.  Meskipun jarang terjadi, tetapi antibiotic juga dapat menimbulkan reaksi alergi untuk orang-orang yang sensitif terhadapnya.  Antibiotika ibarat pedang bermata dua.  Di satu sisi, ia memang ampuh untuk menyembuhkan berbagai penyakit (yang disebabkan oleh bakteri) sehingga dapat menyelamatkan nyawa manusia.  Tapi di sisi lain, antibiotika juga dapat “merugikan” manusia akibat ulah manusia sendiri yang seringkali tidak rasional menggunakannya.
Penggunaan obat batuk pada anak
Batuk merupakan gejala yang paling mengganggu pada anak dengan infeksi akut saluran nafas atas. Dalam praktek sehari-hari peresepan obat batuk seringkali tidak didasarkan pada pemahaman dan pertimbangan yang baik mengenai manfaat dan risikonya sehingga terjadi penggunaan obat batuk yang kurang rasional. Contoh yang sering terlihat sehari-hari ialah peresepan terlalu banyak jenis obat batuk dalam satu resep (polifarmasi) dan/atau penggunaan dosis yang terlalu tinggi, dikatakan dr. Rianto Setiabudy, saat seminar Startegi Pendekatan Klinis Secara Profesional Batuk pada Anak, 25 Juli 2006 lalu, di Jakarta.

Ada berbagai obat pereda batuk yang digunakan di Indonesia, misalnya kodein, dekstrometorfan, prometazin, berbagai antihistamin lainnya, mukolitik, dll. Walaupun digunakan secara luas ternyata sebagian obat ini mempunyai efikasi yang tidak melebihi plasebo, sebagian lagi efikasinya tidak berdasarkan evidence-based medicine. Sementara itu diketahui pula bahwa pada umumnya obat-obat ini mempunyai efek samping.
Berdasarkan saat terjadinya, para ahli umumnya membagi batuk dalam 2 kelompok yaitu batuk akut dan batuk kronik. Batuk akut akan mereda dalam 1-3 minggu walau tidak diberi obat apapun karena self-limiting.
Tata laksana batuk kronik harus didasarkan pada upaya mencari dan mengatasi penyebabnya, bukan dengan menambah jenis atau dosis obat batuk. Etiologi batuk kronik pada anak juga ternyata seringkali berbeda dengan etiologi pada orang dewasa.
Pada tatalaksana batuk kronik dianjurkan untuk melakukan watch, wait dan review.
Dalam menggunakan obat batuk juga perlu dipahami bahwa batuk adalah salah satu bentuk mekanisme pertahanan tubuh yang penting. Oleh karena itu refleks batuk ini tidak boleh ditekan terlalu hebat dengan obat-obatan, sekalipun manifestasinya ialah batuk kering

• Cermati obat untuk anak

Prof. DR. Cissy R.S. Prawira Kartasasmita, Sp.A(K), menyarankan orangtua agar membaca label, terutama kandungannya terlebih dulu bila akan memberikan obat batuk OTC kepada anak. Tidak dianjurkan memberikan jenis antitusif kepada anak.

Jika mengandung antitusif, pilihlah yang generasi kedua karena lebih aman. Biasanya obat batuk OTC mengandung generasi pertama yang bisa membahayakan karena bekerjanya mengentalkan lendir.

Badan Kesehatan Dunia, WHO, menganjurkan para orangtua agar memberi anaknya banyak minum air saat batuk. Juga dapat diberikan obat-obat tradisional seperti jeruk nipis dengan kecap atau bahan lain.

\"Intinya, bila virus sebagai penyebab batuk, anak tidak perlu diberi obat khusus,\" ujar Prof. Cissy.

Obat batuk OTC boleh diberikan asal sesuai kebutuhan anak. \"Bila dalam dua hari tidak ada perbaikan, periksa ke petugas kesehatan. Mungkin saja anak memerlukan obat batuk jenis tertentu,\" katanya.

Jangan sembarangan membeli dan memberikan obat batuk kepada anak. Memberikan obat batuk untuk orang dewasa kepada anak, meski dengan mengurangi takaran, adalah cara yang sangat tidak bijaksana. Menggunakan sisa obat dari dokter yang sebenarnya untuk kerabat (kakak atau adiknya) juga sebaiknya tidak dilakukan.

• Oleskan balsam

Mengoleskan balsam atau krim yang mengandung camphor dan mentol di daerah leher dan dada, dapat membantu meredakan batuk. Efek aromatik dari bahan-bahan tersebut membantu melegakan saluran pernapasan.
Bahan tersebut juga tersedia untuk inhalasi panas. Mentol tersedia dalam permen dan tablet isap.

Obat pilek untuk anak 1.5thn
 
  *DISUDRIN*  *GENERIK *  Pseudoefedrin HCl.  
*INDIKASI *  Menghilangkan
selesma dan alergi (bersin-bersin dan hidung tersumbat karena pilek).  
*KONTRA INDIKASI*  Hipersensitif terhadap komponen obat ini.
Peka terhadap obat simpatomimetik lain, hipertensi berat, bersamaan dengan
terapi yang menggunakan obat-obat penghambat mono amin oksidase
(MAOI).  
*PERHATIAN
*  Hentikan pemberian obat jika terjadi insomnia (susah tidur), jantung
berdebar, pusing.
Disfungsi hati dan ginjal, glaukoma, hipertrofi prostatik, gangguan jantung
dan pembuluh darah, diabetes melitus, anak-anak berusia kurang dari 2 tahun,
hamil, menyusui.
*Interaksi obat* : dengan antidepresan tipe MAOI menyebabkan krisis
hipertensi. 
 *EFEK SAMPING*  Mengantuk, gangguan pencernaan, sakit kepala,
insomnia, eksitasi susunan saraf pusat, gemetar, takhikardia, aritmia, mulut
kering, jantung berdebar-debar, penyumbatan saluran kemih.  
*KEMASAN *  Botol
dengan pipet tetes 7,5 mg/0,8 mL x 10 mL.  *DOSIS *  Anak berusia 2-5 tahun
: 3 kali sehari 0,8 mL. 
 *PABRIK *  Medifarma.

Triaminic dan semua temannya yang ada efedrin atau pseudoefedrin, tidak
disarankan untuk diberikan pada anak dibawah 2tahun.Kalau usia 1.5 tahun
pilek, berikan banyak cairan, berikan balsam transpulmin, breathy, maem
yang bergizi. Jauhkan anak2 dari orang dewasa yang juga lagi pilek.
Jike sampai sesak napas bawalah ke dsa, mungkin perlu inhalasi....
 
*NAMA *  *NEO TRIAMINIC*  *GENERIK *  Pseudoefedrin HCl.  *INDIKASI
*  Meringankan
bersin-bersin dan hidung tersumbat karena pilek.  *KONTRA INDIKASI*
Peka terhadap obat simpatomimetik lain (efedrin, fenilpropanolamin HCl,
Fenilefrin).
Hipertensi berat.
Hipersensitif terhadap komponen obat ini.  *PERHATIAN *
Ada potensi hipertensi atau stroke (pada kelebihan berat badan atau usia
lanjut).
Hentikan terapi jika terjadi insomnia (susah tidur), jantung berdebar,dan pusing.
Pasien dengan gangguan fungsi hati dan ginjal, glaukoma, hipertrofi prostat, hipertiroid, retensi urin, gangguan jantung, dan diabetes melitus. Anak berusia kurang dari 2 tahun. Hamil, menyusui.
*Interaksi obat* : dengan antidepresan tipe MAOI dapat menyebabkan
Krisis hipertensi. 
 *EFEK SAMPING*  Insomnia (susah tidur), eksitasi, gemetar, takhikardia, aritmia, jantung berdebar, sulit berkemih. 
 *KEMASAN
Oral drops 7,5 mg/0,8 mL x 10 mL.  
*DOSIS *  Anak berusia 2-5 tahun : 3 kali
sehari 1 tetes.  
*PABRIK *  Novart
antibiotik diberikan apabila penyakit DISEBABKAN OLEH BAKTERI.
Oleh karena itu orang tua dan dokter harus yakin bahwa penyebab sakit adalah bakteri.

Kalau penyakit disebabkan oleh VIRUS MAKA ANTIBIOTIKA TIDAK DIPERLUKAN.

Sudah banyak dilakukan penelitian bahwa setiap bakteri memiliki ketahanan terhadap antibiotik. Misalnya bakteri A akan mati bila diberi antibiotik amoxylin 100 mg. Maka meski baru 50 mg kita minum obat dan kita merasa lebih baik sebaiknya antibiotik jangan dihentikan karena bakteri belum mati sepenuhnya. Oleh karena itu selalu ada anjuran untuk menghabiskan antibiotik yang diresepkan.

Apa dampaknya bila diberikan pada anak usia di bawah 1 tahun ?

Apabila memang diperlukan maka antibiotik sangat bermanfaat bagi kesembuhan. Akan tetapi bila pemberian antibiotik tidak pada tempatnya (misalnya batuk pilek karena flu diberikan antibiotik) maka efek jangka panjangnya adalah :

1. anak bisa resisten atau tahan terhadap antibiotik. misalnya kalau pada orang umum bakteri A bisa mati dengan Amoxylin 100 mg maka kalau resisten harus lebih tinggi dosis-nya.

2. ginjal dan hati perlu kerja keras untuk sesuatu yang sebetulnya tidak perlu. sayang kan organ tubuh anak yg sangat penting bekerja ksras untuk sesuatu yg sia-sia...


III.Kapan kita perlu Antibiotik dan kapan tidak perlu?

Beberapa contoh penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus yang tidak membutuhkan Antibiotik:

1. Pilek; disebabkan oleh virus. Gejala sakit pilek biasanya hidung mampet, tenggorokan sakit, suka bersin2, batuk atau sakit kepala. Tidak perlu pemberian AB. Walaupun hidung mengeluarkan ingus berwarna hijau/ kuning, bukan berarti perlu AB.
2. Flu (influenza); gejalanya adalah demam, badan mengigil, pegal linu, sakit kepala, sakit tenggorokan, batuk kering. Tidak perlu AB.
3. Batuk; lebih sering disebabkan oleh infeksi virus dan kebanyakan batuk tidak memerlukan AB.
4. Bronchitis; gejalanya adalah batuk dan demam. Hampir selalu disebabkan oleh infeksi virus, tidak perlu pemberian AB. AB hanya diperlukan apabila anak terinfeksi bakteri, seperti pertussis (batuk rejan/batuk 100 hari) atau mycoplasma.
5. Pharyngitis; gejalanya adalah sakit tenggorokan. Disebabkan oleh virus dan sama sekali tidak perlu pemberian AB.
6. Sinusitis; umumnya disebabkan oleh infeksi virus. Tidak perlu AB, kecuali sinus yang berkepanjangan, terus berlanjut selama 2 minggu atau lebih.

Beberapa contoh penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan perlu pemberian AB;

1. Infeksi saluran kemih;
2. Infeksi telinga; ada beberapa macam infeksi telinga yang memerlukan pemberian AB, tetapi tidak semuanya perlu AB.
3. Strep throat; yaitu radang tenggorokan yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus, dan kemungkinan terjadi hanya 15%. Untuk mengetahu apakah radang tenggorokan disebabkan oleh bakteri Streptococcus yaitu dengan usap tenggorokan, lalu dikultur.


Tips untuk menghindari pemakaian AB yang berlebihan atau tidak pada tempatnya:

1. Jangan minta atau gunakan AB untuk penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus. Mari rubah mind set kita ketika mengunjungi dokter, dengan bertanya “Apa penyebab penyakitnya dok?” bukan “Apa obatnya dok?!”. Untuk menghindari Patient Demand.
2. Apabila memang perlu menggunakan AB, mulailah dengan menggunakan jenis AB yang ringan atau narrow spectrum.
3. Hindari pemakaian lebih dari 1 jenis AB, kecuali untuk TBC atau infeksi berat dirumah sakit.
4. Habiskan semua AB yang diresepkan, walaupun  sudah merasa baikan. Apabila tidak dihabiskan, AB mungkin belum membunuh semua infeksi bakteri yang ada, sehingga memberi kesempatan bakteri yang tersisa untuk menjadi resistant.
5. Jangan pernah sharing AB, maksudnya adalah jangan mengkonsumsi AB orang lain atau sebaliknya, walaupun gejala penyakitnya sama.

Semakin sering dan semakin lama kita makan antibiotik, semakin besar risiko terbentuknya superbugs dan semakin meningkat pula risiko superinfection.

Macam-macam batuk dan sebabnya
Asma
Gejala Batuk yang Disebabkan Asma
Batuk biasanya dibarengi dengan suara seperti siulan atau bersuit, biasanya berlangsung sampai lebih dari 10 hari. Batuk jenis ini juga seringkali terjadi di malam hari, atau ketika anak atau bayi  lelah bermain, atau ketika si kecil terekspos pada suhu udara yang dingin, debu dan asap.
Penyebab Asma
Penyakit asma adalah penyakit yang mempunyai banyak faktor penyebab, dimana yang paling sering karena faktor alergi. Faktor-faktor penyebab dan pemicu penyakit asma antara lain debu rumah dengan tungaunya, bulu binatang, asap rokok, asap obat nyamuk, dan lain-lain.
Asma juga merupakan penyakit keturunan. Bila salah satu atau kedua orang tua, kakek atau nenek anak menderita penyakit asma maka bisa diturunkan ke anak.
Cara Mengatasi Batuk Bayi yang Disebabkan Asma
Asma tidak dapat disembuhkan dan obat-obatan yang ada saat ini sebenarnya hanya berfungsi menghilangkan gejala. Namun, dengan mengontrol penyakit asma pada bayi dan anak  melalui konsultasi medis -jika asmanya masih taraf ringan- anak  dapat bebas dari gejala penyakit asma yang mengganggu sehingga dapat menjalani aktivitas hidup sehari-hari dengan baik.
Bronchiolitis
Gejala Batuk yang Disebabkan Bronchiolitis
Gejala pertama Bronchiolitis biasanya mirip dengan flu biasa:
  1. pilek
  2. batuk ringan
  3. bersin-bersin
  4. demam ringan
Dalam 7 hari bisa diikuti dengan batuk yang semakin parah yang disertai dahak serta suara nyaring seperti bersiul.
Penyebab Bronchiolitis
Bronchiolitis adalah penyakit umum yang banyak diidap oleh bayi dan anak kecil.
Berbeda dengan Bronchitis, Bronchiolitis merupakan infeksi virus yang terjadi pada saluran udara kecil pada paru-paru yang disebut bronchioles. Ketika radang, mereka akan menyembul dan terisi dengan lendir, sehingga bayi atau anak sulit bernafas.
Penyakit ini memang paling sering menyerang bayi dan anak-anak kecil dan biasanya terjadi selama 2-3 tahun pertama kehidupan mereka, dengan puncak gejala sekitar umur 3-6 bulan. Bronchiolitis juga lebih sering diderita oleh laki-laki, anak-anak yang tidak minum ASI, dan orang-orang yang tinggal di lingkungan padat penduduk.
Walaupun seringkali dianggap ringan, tapi beberapa bayi beresiko untuk terjangkit lebih parah, bahkan hingga memerlukan rawat inap. Kondisi yang menyebabkan resiko Bronchiolitis bertambah parah yaitu bila si bayi atau anak mempunyai latar belakang penyakit jantung, penyakit paru-paru, serta memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah karena penyakit lain atau obat-obatan.
Cara Mengatasi Batuk Bayi yang Disebabkan Bronchiolitis
Pastikan bayi atau anak  banyak minum. Langkah yang bijaksana adalah memeriksakan kondisinya kepada dokter anak, karena bisa jadi bayi  memerlukan perawatan khusus.
Influenza/ Pilek
Gejala Batuk yang Disebabkan Influenza
Batuknya biasanya bersifat basah, tanpa ada suara siulan ataupun ritme nafas bayi yang menjadi cepat. Biasanya batuk jenis ini terlihat pada bayi sepanjang hari,baik siang maupun malam. Gejala lain yang sering ditemui adalah hidung dan mata yang berair, bersin-bersin, serta demam ringan.
Penyebab Influenza
Penyebab flu adalah infeksi viral pada bagian hidung, tenggorokan dan saluran pernafasan utama. Batuk yang disebabkan oleh influenza biasanya akan berakhir seiring dengan hilangnya flu, yaitu sekitar 7-10 hari. Tapi pada sebagian kasus, ada juga yang batuknya terus berlanjut hingga 2 minggu.
Cara Mengatasi Batuk Bayi yang Disebabkan Influenza
Pertama-tama, usahakan agar saluran pernafasan bayi  bersih. Soalnya, saluran pernafasan yang kotor dapat membuat batuknya tambah parah.
Untuk itu,  bisa menggunakan obat tetes hidung atau alat penyedot khusus, karena bayi atau anak  tidak bisa mengeluarkan cairan yang menyumbat hidungnya.
Jika anak  sudah berusia lebih dari 2 tahun, maka obat dekongestan bisa saja  gunakan. Jika batuknya belum hilang juga setelah 10 hari dan hidungnya masih tersumbat, sebaiknya  periksakan lagi ke dokter anak . Bukan apa-apa, takutnya anak  menderita penyakit lain seperti asma, sinusitis, atau alergi.

Gejala Batuk Yang Disebabkan Batuk Sesak
Batuknya melengking, kering, biasanya sering mulai pada pertengahan malam, suara batuknya tidak seperti batuk biasanya, melainkan lebih seperti gonggongan anjing laut. Suara yang timbul adalah akibat dari pembengkakan di sekitar pita suara (pangkal tenggorokan) dan batang tenggorokan.
Gejala lain… pada awalnya anak  mungkin demam ringan, gejala seperti sesak atau
pilek selama beberapa hari, suara menjadi serak dan berat yang terjadi sepanjang hari dan akan lebih buruk pada malam hari ketika anak atau bayi  menangis.
Penyebab Batuk Sesak
Penyakit ini sering disebabkan oleh virus parainfluenza. Kadang-kadang oleh virus respiratory syncytial atau berbagai virus pernafasan lainnya.
Biasanya penyakit ini tidak memperlihatkan gejala demam. Kerongkongan dan tenggorokan akan membengkak sehingga salurannya menyempit. Banykan ditemui pada anak-anak usia 6 bulan sampai 3 tahun.
Cara Mengatasi Batuk Sesak
Dalam kebanyakan kasus, langkah-langkah perawatan sendiri di rumah dapat mempercepat pemulihan anak ,sehingga perawatan lebih intensif jarang diperlukan. Sementara itu, anak  akan tetap nyaman dengan beberapa langkah sederhana:
  1. Hadapi dengan tenang dan buat anak  tenang. Ajak ia duduk, membaca buku atau bermain dengan permainan yang tidak melelahkan. Menangis hanya membuatnya lebih sulit bernafas.
  2. Melembabkan udara. Gunakan humidifier di kamar tidur anak  atau bawa anak  untuk bernafas dalam udara lembab di kamar mandi yang beruap hangat selama 10 menit.
  3. Buatlah suasana segar dan sejuk. Terkadang bernafas dengan udara segar dan sejuk bisa membantu mengatasi sesak. Bukalah jendela atau hidupkan alat pelembab ruangan. Jika udara di luar rumah lebih dingin, bungkuslah anak  dalam selimut dan berjalanlah di luar selama beberapa menit.
  4. Pertahankan anak  dalam posisi tegak lurus. Duduk tegak dapat membuatnya bernafas lebih mudah.
  5. Tawarkan minuman. Untuk bayi,  bisa memberikan ASI atau formula yang biasa diminumnya. Untuk anak-anak, sup atau buah dingin segar dapat membantu.
  6. Usahakan anak  untuk beristirahat. Tidur dapat membantu anak  melawan infeksi.
  7. Tidurlah di dekat anak  atau bahkan di kamar yang sama, sehingga  dapat mengambil tindakan cepat jika gejala anak  menjadi parah.
 harus segera mencari bantuan medis jika anak :
  1. Bernafas sangat cepat dengan perut yang kembang kempis dan tampak berjuang untuk mendapatkan udara ke paru-parunya.
  2. Tampak pucat atau kebiru-biruan pada daerah sekitar mulut, hidung dan kuku. Ini pert ia tidak mendapatkan cukup oksigen.
  3. Tampaknya sangat gelisah.
  4. Demam dengan suhu badan 39,7 derajat C atau lebih tinggi
GERD (Gastroesophageal Reflux Disease)
Gejala Batuk Akibat GERD
Batuknya berbunyi seperti decitan dan bersifat garing. Biasanya terjadi setelah si kecil makan dan sekali batuk, bayi atau anak  akan sulit berhenti. Batuk inipun akan bertambah parah jika si kecil berbaring.
Jika bayi  menderita GERD, maka dia akan rewel dan bisa sesekali muntah.
Penyebab Batuk Akibat GERD
GERD (gastroesophageal reflux disease) sebenarnya disebabkan oleh lemahnya pita otot yang berada di antara esophagus dan perut. Ini selanjutnya akan membuat cairan yang seharusnya masuk ke dalam perut, malah mengalir kembali ke atas. Bahkan terkadang cairan ini bisa masuk ke paru-paru anak  dan menimbulkan batuk kronis.
Cara Mengatasi Batuk Akibat GERD
  1. Dudukkan bayi atau anak  selama sekitar 30 menit setiap kali sesudah makan.
  2. Tinggikan bantalnya ketika ia tidur.
  3. Untuk anak-anak, sebaiknya mereka berhenti dulu mengkonsumsi makanan seperti soda, coklat, permen, jeruk dan tomat.
  4. Jika penyakitnya berlanjut hingga lebih dari 2 minggu, segera bawa ke dokter.
Batuk Kering (Pertussis)
Gejala Batuk Yang Disebabkan Batuk Kering
Batuknya kering dan sangat panjang. Ketika si kecil batuk, dalam sekali nafas ia bisa batuk lebih dari 20 kali. Dan ketika ia menarik nafas, biasanya  bisa mendengar suara melengking tinggi.
Sebelum batuknya parah, biasanya anak  akan menampakkan gejala-gejala flu, tapi tanpa disertai demam.
Penyebab Batuk Kering (Pertussis)
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri yang sangat mudah menyebar, yang menyerang tenggorokan serta paru-paru.
Cara Mengatasi Batuk Kering (Pertussis)
Penyakit ini biasanya diobati menggunakan antibiotik. Hubungi dokter . Terkadang, bayi  juga harus dirawat untuk menyedot cairan yang menyumbat tenggorokannya. Pada banyak kasus, batuk ini bisa berlangsung hingga bermingu-minggu bahkan berbulan-bulan.
            
PENCEGAHAN
              Sebenarnya, pencegahan batuk alergi mudah saja. Caranya? Kenali 
dulu jenis alergennya. Lalu, hindarkan anak terpapar atau melakukan kontak 
dengan alergen tersebut. 
 
Masalahnya, alergen pemicu batuk anak bisa lebih dari satu macam alias 
multialergen. Meski begitu, salah satu jenis alergen yang paling sering menjadi 
“biang keladi” batuk jenis ini adalah debu rumah. Itu sebabnya, jagalah 
kebersihan, baik kebersihan tubuh maupun lingkungan. Apa untungnya? 
Hipersensitivitas kecil dapat berkurang secara bertahap, atau bahkan hilang 
sama sekali sejalan dengan bertambahnya usia anak. 
 
Perlu Divaksinisasi? 
 
  Di Amerika Serikat, setiap tahunnya, sekitar 50% bayi usia di bawah 4 bulan 
terserang batuk rejan . Jenis batuk non-alergi ini juga dilaporkan banyak 
menyerang balita. Untuk menurunkan angka kejadiannya, United States Centers for 
Disease Control and Prevention (CDC) melakukan upaya penanggulangan, berupa 
pemberian vaksin pada bayi mulai usia 2, 4, dan 6 bulan. “Cara terbaik untuk 
mencegah bayi dan balita dari serangan batuk rejan adalah memberi vaksin sesuai 
jadwal,” kata Dr. Masahiro Tanaka, ahli epidemiologi dari CDC. 
 
Bagaimana di Indonesia? “Batuk pada bayi dan balita tidak menjadi masalah 
kesehatan yang serius, sehingga pemberian vaksinasi belum terlalu urgent, ” 
kata dr. Mardjanis. 
Untuk perawatan ISPA dirumah ada beberapa hal yang perlu dikerjakan seorang ibu untuk mengatasi anaknya yang menderita ISPA.

·         Mengatasi panas (demam)

Untuk anak usia 2 bulan samapi 5 tahun demam diatasi dengan memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es).

·         Mengatasi batuk

Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk nipis 1/2 sendok teh dicampur dengan kecap atau madu 1/2 sendok teh , diberikan tiga kali sehari.

·         Pemberian makanan

Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi berulang-ulang yaitu lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika muntah. Pemberian ASI pada bayi yang menyusu tetap diteruskan.

·         Pemberian minuman

Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih banyak dari biasanya. Ini akan membantu mengencerkan dahak, kekurangan cairan akan menambah parah sakit yang diderita.

·         Lain-lain

Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal dan rapat, lebih-lebih pada anak dengan demam. Jika pilek, bersihkan hidung yang berguna untuk mempercepat kesembuhan dan menghindari komplikasi yang lebih parah. Usahakan lingkungan tempat tinggal yang sehat yaitu yang berventilasi cukup dan tidak berasap. Apabila selama perawatan dirumah keadaan anak memburuk maka dianjurkan untuk membawa kedokter atau petugas kesehatan. Untuk penderita yang mendapat obat antibiotik, selain tindakan diatas usahakan agar obat yang diperoleh tersebut diberikan dengan benar selama 5 hari penuh. Dan untuk penderita yang mendapatkan antibiotik, usahakan agar setelah 2 hari anak dibawa kembali kepetugas kesehatan untuk pemeriksaan ulang
DAFTAR PUSTAKA